Dalam dunia bisnis, Sobat MEA tentu memikirkan apa metode yang cocok untuk pemasaran produk di tokomu. Terlebih, ada berbagai metode bisnis dengan segala kekurangan dan kelebihan, termasuk Hard Selling vs Soft Selling yang kerap kita temui.
Dalam hal ini, Sobat MEA perlu mempertimbangkan kondisi dan perkembangan industri yang bergerak dengan pesat. Misalnya, Sobat MEA menjual produk yang harus dijual cepat. Maka Sobat MEA lebih cocok menggunakan metode hard selling. Sedangkan soft selling lebih cocok untuk penjualan produk yang dijual berulang (repeat selling/buying).
Keduanya sama-sama memberikan keuntungan bagi bisnis. Jika perlu, Sobat MEA juga bisa mempertimbangkan penggunaan kedua metode penjualan tersebut agar hasil lebih komprehensif.
Nah dalam artikel ini, MiMe akan mengulas secara detail mengenai hard selling vs soft selling. Dari mulai perbedaan dan cara terbaik penggunaan metode tersebut untuk bisnis. Daripada berlama-lama lagi, yuk langsung simak aja penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Pengertian Hard Selling
Ingin Jualan Lebih Efektif?
Melansir laman Investopedia, hard selling adalah metode penjualan yang mengutamakan quick sales atau penjualan produk/jasa dengan cepat. Sehingga diperlukan kalimat-kalimat yang tegas, langsung namun tetap persuasif.
Metode ini biasanya digunakan oleh sales atau tim marketing untuk meyakinkan calon pelanggan untuk langsung membeli produk tersebut. hard selling juga biasa digunakan oleh tim sales yang melakukan direct selling atau menemui konsumen secara langsung. Meski begitu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika Sobat MEA ingin menggunakan metode hard selling. Nah berikut di antaranya:
- Urgent Needs – Cocok untuk Sobat MEA yang menjual kebutuhan pelanggan yang mendesak dan tidak bisa diganggu.
- Impulse Buying – Penawaran singkat yang membuat pelanggan langsung tertarik untuk membeli produk tersebut. Dengan ini, pelanggan tidak punya waktu untuk membandingkannya dengan kompetitor.
- Quantity Over Quality – Lebih cocok untuk penjualan yang mengutamakan kuantitas, bukan kualitas produk atau jasa.
- FOMO – Penawaran produk dengan jumlah terbatas dalam waktu tertentu. Ini dapat membuat pelanggan merasa cemas (fear of missing out) akan kehilangan penawaran tersebut dan terdesak untuk segera membelinya.
Pengertian Soft Selling
Jasa Kelola Toko Online Bergaransi
Sedangkan soft selling adalah penjualan yang menggunakan pendekatan jangka panjang untuk menciptakan hubungan yang kuat dengan pelanggan. Sehingga pelanggan akan lebih kenal dengan bisnis atau brand yang dijalankan.
soft selling merupakan metode penjualan yang kerap digunakan. Dengan soft selling, Sobat MEA dapat menciptakan hubungan erat yang dapat mendorong pelanggan untuk membeli produk. Adapun beberapa hal yang perlu Sobat MEA perhatikan dalam soft selling, antara lain:
- Repeat Sales – Mengutamakan potensi penjualan produk, bukan penjualan langsung. Ini bertujuan agar pelanggan memiliki keterkaitan dengan brand atau bisnis.
- Active Listening – Membangun hubungan dengan pelanggan melalui pertanyaan-pertanyaan penting dan memberikan respon yang cepat tanggap agar pelanggan merasa dihargai.
- Research – Meluangkan waktu untuk melakukan riset terhadap karakteristik target pasar yang telah ditentukan.
- Solutions – Mengutamakan bagaimana produk atau jasa dapat membantu menyelesaikan masalah pelanggan.
- Positive Interactions – Membangun hubungan jangka panjang dengan berinteraksi secara berulang dengan pelanggan dan mendengarkan feedback atau umpan balik dari mereka.
Perbedaan Hard Selling dan Soft Selling
Setelah mengetahui hal-hal penting di atas, dapat disimpulkan bahwa hard selling ini mengedepankan penjualan langsung, sedangkan soft selling mengutamakan hubungan yang baik dengan pelanggan untuk membangun loyalitas dan kepercayaan bisnis.
Kedua metode tersebut tentunya dapat Sobat MEA gunakan sesuai kondisi dan kebutuhan bisnis. Nah ada beberapa perbedaan antara hard selling dan soft selling yang perlu diketahui, antara lain:
1. Posisi Pelanggan
Hard selling memandang pelanggan hanya sebagai pembeli dan dirangkum dalam bentuk angka seperti 1000 produk terjual, 500 pengguna jasa, dsb. Sementara soft selling melihat calon pelanggan bukan hanya angka, Sobat MEA perlu melakukan riset untuk mengenal mereka dan memilih strategi yang tepat.
2. Jangka Waktu Penjualan
Hard selling cocok digunakan jika ingin menjual produk yang berjumlah banyak dalam waktu singkat. Sedangkan soft selling mengutamakan penjualan jangka panjang, repeat buying, dsb.
3. Industri
Metode hard selling maupun soft selling dapat bekerja efektif tergantung industri yang dijalankan. Hard selling biasanya digunakan dalam industri asuransi, perbankan, dan sejenisnya. Sementara soft selling lebih cocok untuk industri yang mengedepankan layanan pelanggan
Hard Selling Vs Soft Selling, Mana yang Lebih Cocok Untuk Bisnis?
Sejauh ini, masih banyak yang kebingungan metode mana yang lebih cocok untuk bisnis? hard selling atau soft selling? Sebenarnya kedua metode ini penting untuk bisnis.
Maka strategi hard selling dan soft selling dapat diterapkan secara bergantian atau bersamaan, tergantung situasi. Ini akan berbeda antara hard selling maupun soft selling. Jika Sobat MEA masih ragu untuk menggunakan metode yang mana, cobalah untuk jawab pertanyaan di bawah ini:
- Apakah produk atau jasa yang dijual membutuhkan pembelian berulang?
- Berapa harga produk yang dijual?
- Apakah Sobat MEA perlu melakukan penjualan secara langsung?
- Apa misi bisnismu? Apa produkmu? Barang atau jasa?
- Apa tujuan bisnismu? Meningkatkan pendapatan atau membangun basis pelanggan?
Nah, dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, sekiranya Sobat MEA dapat menentukan metode penjualan apa yang cocok. Sobat MEA tinggal sesuaikan dengan penjelasan di atas.
Sekian ulasan mengenai hard selling vs soft selling yang perlu diketahui. Mana metode yang terbaik? Sebenarnya kembali lagi pada industri yang dijalankan dan tujuan yang ingin dicapai. Karena ini berpengaruh besar terhadap keberhasilan penjualan. Semoga artikel ini dapat membantu dan bermanfaat untukmu ya. Amin!